STRATEGI.ID - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan hingga saat ini belum ada laporan masuk tentang kasus atau suspek penyakit Marburg di Indonesia.
Namun, marburgli diidentifikasi pada tahun 1967 secara bersamaan di Marburg dan Frankfurt di Jerman dan di Belgrade, Serbia.
Setelah temuan kasus tersebut, dilaporkan wabah dan kasus sporadis di Angola, RD Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda.
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit virus Marburg. Pengobatan lebih bersifat suportif dan mengobati gejala (simptomatif).
Lalu bagaimana cara agar mencegah terpapar virus marburg. Berikut langkah-langkahnya:
Baca Juga: Ini Empat Pesan Khusus dari Menaker Ida bagi Gubernur Seluruh Indonesia Terkait THR
- Mengurangi kontak dengan kelelawar reservoir virus Marburg. Apabila seseorang harus mengunjungi area habitat kelelawar tersebut.
Maka dapat menggunakan sarung tangan dan alat pelindung lainnya. Misalnya seperti masker, kacamata, dan lainnya.
- Konsumsi daging secara matang. Termasuk saat di daerah wabah virus Marburg
- Menghindari kontak dengan orang yang dicurigai. Atau terinfeksi termasuk cairan tubuhnya
Baca Juga: Lemang Bambu Laris Diburu Saat Ramadan, Cocok untuk Penganan Buka
- Bagi petugas kesehatan, terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). Mencuci tangan secara rutin terutama ketika mengunjungi seseorang yang sakit.
- Melakukan tatalaksana penanganan sampel cairan dan jaringan tubuh penderita penyakit virus Marburg. Tentunya dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan PPI
- Menunda perjalanan pada wilayah yang saat ini terjadi wabah. Bila tidak memungkinkan, perhatikan risiko dan anjuran pemerintah wilayah/negara tujuan.
Artikel Terkait
Koordinasi dengan Kemenkes, Pemprov DKI Tangani Serius Temuan Baru Gagal Ginjal Akut
Temuan Baru Virus Marburg di Afrika Berpotensi Pandemi, Indonesia Berstatus 'Rawan'
Kemenkes Sebut Dua dari Empat Kasus Varian Kraken Sudah Vaksin Booster
Tunggu Arahan Presiden, Kemenkes Belum Bisa Pastikan Status Pandemi Akan Dicabut
Kemenkes Ungkap Kasus TBC pada Anak Indonesia Meningkat 200 Persen