STRATEGI.ID - Dan Endeh (BK lebih senang menyebut Endeh ketimbang Ende), diyakini secara ontologis sebagai wadah "candradimuka" dan akumulasi panjang embrio Pancasila yang mengalir dalam permenungan-permenungan BK sejak 1918-1945.
BK muda, di Surabaya (1918) telah karib dengan sejumlah pemikiran "ideologi" semisal Nasionalisme, Islam, dan Marxisme. Ini buah dari perjumpaannya dengan sejumlah pemuka pemikir saat BK indecost di rumah "Bapak Kebangsaan" HOS Tjokroaminoto.
Di rumah ini, BK berjumpa, berdiskusi, dan berdebat dengan Alimin dan Muso (kelak tokoh kunci PKI), Kartosuwiryo (DI/TII), KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), KH Wahab Hasbullah (NU), dll. Secara embrio, ide dan prinsip "kebangsaan", "ketuhanan" dan "sosialisme" mekar dalam permenungan BK di Surabaya.
Baca Juga: Menuai Kontroversi! Busana Tarian Caci Putri NTT 2022 Hingga Tarian Caci Yang Dilakoni Perempuan
Di Bandung, ketika melanjutkan kuliah di ITB, BK bertemu dan berdialektika dengan tokoh² pemuka pemikir-penggerak "kebangsaan" diantaranya "Tiga Serangkai" yang sangat brilliant: dr. Wahidin Sudirohusodo, Ki Hajar Dewantara, dan Dowes Dekker.
Paham "kebangsaan" dan "musyawarah" yang merupakan tabiat dasar masyarakat Nusantara, kian matang dalam relung-relung inteleksi BK..
Selanjutnya BK ke Yogyakarta. Di Kota Gudeg dan wilayah dimana Kraton Ngayogyakarta tegak berdiri hingga kini, BK mendirikan Partai Indonesia (1926) yang berideologikan "Marhaenisme", di mana visun perihal hakikat "manusia" dan pemihakannya yang teguh kepada kaum teraniaya, sungguh-sungguh terbit dan menginspirasi gerakannya.
Di Endeh (1934-1938) BK diasingkan. Tujuan Penjajah Kolonialisme Belanda hanya satu: menghancurkan mental BK hingga luluh lantak. Tapi sejarah bicara lain: justru Endeh, menjadi "rumah pemulihan" BK, wadah permenungan, ruang refleksi, dan tempat di mana BK melakukan proses transendensi-intelektual yang puncak. Embrio Pancasila yang jejak episteme-nya sejak di Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta mekar, justru terakumulasi jenial di Endeh.
Baca Juga: Dukung Green Tourism, PLN Hadirkan 27 SPKLU di 5 Destinasi Wisata
Setidaknya ada empat oase dan telaga permenungan BK di Endeh yang kelak menjadi "ilham" pidato "Lahirnya Pancasila" dalam sidang BPUPK 1 Juni 1945.
Artikel Terkait
Protes Arteria Dahlan dan Bahasa Sunda Bung Karno di Rapat Raksasa Bandung 1963: Nuhun Dulur-Dulur
Sadis Kisah Warsito, Mantan DKP Presiden Bung Karno Yang Kini Berjualan Kopi Keliling
Menikmati Libur Akhir Pekan Dengan Berolahraga di Stadion Gelora Bung Karno Senayan
Hut ke-92, PSSI Gelar Syukuran di Gelora Bung Karno
Khilafah Anti Pancasila, Bung Karno Sudah Menolak Sejak Puluhan Tahun Silam