Arifin Panigoro: Mengingat Pengusaha Hebat

- Selasa, 1 Maret 2022 | 15:30 WIB
Anggota Wantimpres Arifin Panigoro yang juga dikenal julukan Raja Minyak dari Gorontalo meninggal dunia di Amerika Serikat (Hallosultra/Dok.Instagram.com@medconfoundation)
Anggota Wantimpres Arifin Panigoro yang juga dikenal julukan Raja Minyak dari Gorontalo meninggal dunia di Amerika Serikat (Hallosultra/Dok.Instagram.com@medconfoundation)

STRATEGI.ID - Saya sebagai sahabat sering dan rutin diundang di kediaman untuk bicara masalah sosial politik bersama dengan banyak tokoh, seperti Komarudin Hidayat, Heri Akhmadi, Faisal Basri, dan sutradara Garin Nugroho, dan lain-lain.

Dari situ saya mengetahui bahwa Arifin Panigoro adalah seorang pengusaha yang mempunyai jalinan luas dengan semua golongan, seperti aktivis, seniman, politisi, dan lain sebagainya.

Keluarga Arifin Panigoro adalah perantau dari Gorontalo, yang bermigrasi ke Jawa sebelum kemerdekaan.

Seperti diketahui dari teori ekonomi sumberdaya manusia, bahwa kualitas manusia yang menentukan ekonomi dan keberhasilan bisnis adalah: kualitas dan ketahanan fisik, ketrampilan atau keahlian dan migrasi.

Baca Juga: Puan Maharani Usul Istana Negara di IKN Nusantara Diapit Mabes TNI dan Mabes Polri

Yang terakhir ini adalah kemampuan melakukan perubahan mental dimana suku bangsa atau bangsa yan bermigrasi adalah kelompok yang bermental kuat, entrepreneur dan umumnya sukses dalam bisnis.

Karena latar belakang keluarga perantau, bermental wirausaha entrereneur, serta lulus universitas terbaik ITB, maka saya tidak heran Arifin Panigoro sukses mengasuh Medco Energy dan bahkan mendunia.

Kita kehilangan pengusaha hebat, sekaligus putra bangsa yang terpilih dan terbaik karena sudah memberikan sumbangsih besar bagi negeri, membangun dunia usaha, mengembangkan kesempatan kerja yang luas dan menampilkan Indonesia di dunia bisnis internasional.

Baca Juga: Liestiadi Beri Apresiasi Pada PSIS Semarang

Panigoro & Paramadina

Apa hubungan Arifin Panigoro dan Paramadina? Ini tidak banyak diketahui orang dan sebenarnya tidak terlalu penting bagi umum. Namun sebagai rektor Universitas Paramadina dan dalam rangka mengenang pengusaha hebat ini, maka tidak ada salahnya kisah ini dikenang kembali.

Hubungan itu dimulai dari masa pasca reformasi dimana sekelompok aktivis seperti Sudirman Said, Erry Riyana bersama Arifin Panigoro dkk hendak mencari sosok pemimpin yang anti korupsi dengan rekam jejak yang jelas.

Berdasarkan pemikiran dan mungkin penerawangan para aktivis ini, maka sosok Nurcholish Madjid lah yang cocok menjadi pemimpin itu. Karena itu, kelompok ini kemudian "berkampanye" mencalonkan Nurcholish MAdjid sebagai calon presiden era reformasi.

Kiprah Arifin tentu saja wajar karena dialah aktor di dalam reformasi tersebut sehingga terpikir untuk menemukan sosok anti-tesis dari tokoh-tokoh Orde Baru. Gerakan tersebut sempat bergema, tetapi akhirnya padam dengan sendirinya karena Cak Nur tidak punya "gizi".

Istilah "gizi" ini diceritakan Cak Nur ketika datang ke partai diejek: "dari mana gizinya cak?" Cerita dalam maknanya karena sampai sekarang politik memang masih "blepotan" dengan politik uang.

Halaman:

Editor: Bobby San

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Pendataan Memang Bukan Pendaftaran

Kamis, 23 Februari 2023 | 05:00 WIB

Tenaga Kerja Outsourcing Sama Dengan Perbudakan Modern?

Selasa, 21 Februari 2023 | 17:50 WIB

Memaknai Politik Identitas

Kamis, 16 Februari 2023 | 20:47 WIB

Menyoal Naiknya Ongkos Naik Haji

Senin, 6 Februari 2023 | 09:35 WIB

Politik Dinasti di Tengah Praktik Pseudo Demokrasi

Rabu, 25 Januari 2023 | 22:50 WIB

Cukai Rokok Diantara Kesehatan dan Pendapatan

Rabu, 28 Desember 2022 | 21:30 WIB
X