• Selasa, 26 September 2023

Mahfud MD, Walter Benyamin, dan Kuasa Ilahi

- Selasa, 28 Maret 2023 | 20:05 WIB
Romo Benny dan Febry Silaban dalam podcast RKN (Dok rkn)
Romo Benny dan Febry Silaban dalam podcast RKN (Dok rkn)

STRATEGI.ID - Baru-baru ini viral sebuah pernyataan Romo Benny Susetyo yang cukup berani ketika menanggapi aksi heroik Mahfud MD, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan dalam membongkar dugaan transaksi mencurigakan hingga Rp349 triliun di Kementerian Keuangan. Romo Benny menyatakan, "Dia itu membawakan kuasa Ilahi".

Pernyataan Romo Benny ini kembali dikutip dan diartikulasikan oleh Dahlan Iskan melalui artikelnya yang juga viral dengan judul "Mahfud Ilahi". Apa maksud dari pernyataan tersebut? Apakah itu artinya Mahfud sedang kerasukan sesuatu yang supernatural?

Dalam Podcast "Febry et Scientia" yang dibawakan oleh Febry Silaban, seorang mantan wartawan, pernyataan ini dicoba digali kembali langsung dari penutur aslinya, Romo Benny.

Baca Juga: Ini Sistem Kebersihan yang Diterapkan Masjid Nabawi saat Ramadan

Menurut Romo Benny, tanpa membawakan kuasa Ilahi, Mahfud MD tidak akan mengungkapkan soal kecurigaan pencucian uang di Kementerian Keuangan senilai Rp349 triliun itu.

"Kalau hanya melihat kuasa duniawi, Mahfud akan terjebak pada konstitualisme, yang di dalamnya ada aturan, prosedur dan tata krama. Kalau Mahfud MD berpegang kekuasaan di dunia, ia akan berkutat di dalam batas peraturan, etika, dan prosedur itu," katanya.

Secara peraturan, Mahfud MD akan dipersoalkan. Bolehkah seorang menko mengungkapkan soal itu. Secara etika pun demikian. Dan secara prosedur juga dipersoalkan.

Namun, konsep kuasa ilahi dalam konteks Prof. Mahfud MD tersebut memang diakui Romo Benny bukan ide langsung dari dirinya.

Baca Juga: Peruntungan Shio Kuda besok Rabu 29 Maret 2023, Lengkap dengan Percintaan, Kesehatan, Keuangan dan Umum 

"Konsep itu sebenarnya berasal dari pemikiran filsuf Jerman bernama Walter Benyamin dari mazhab Frankrut. Mazhab ini beraliran teori-teori kritis. Dia juga seorang sastrawan dan dramawan. Bagi Benyamin, seni bukan estetika, melainkan alat untuk kesadaran publik demi memperjuangkan keadilan", paparnya.

"Maka, saya menggunakan pemikiran Benyamin ini dalam konteks Prof. Mahfud untuk membongkar dugaan transaksi fantastis di Kemenkeu tersebut," lanjutnya.

Romo Benny menjelaskan, Benyamin pada waktu itu hidup dalam zaman fasisme dengan banyaknya ketidakadilan di mana-mana. Benyamin hadir dan menggunakan drama sebagai sarana untuk mengkritik dan memperjuangkan keadilan bagi masyarakat yang lemah dan tertindas saat itu.

"Kerapa para elite politik menggunakan argumen konstitualisme yang sebenarnya untuk menutupi ketidakberdayaannya karena dia tersandera oleh banyak kepentingan, misalnya kepentingan kapital. Akibatnya, dia tidak sanggup menyuarakan ketidakadilannya tersebut," ujar doktor ilmu komunikasi ini.

Baca Juga: 3 Wilayah yang Perlu Diwaspadai Rabu 29 Maret 2023 di Jakarta, Cek Selengkapnya!

Karena itu, lanjut Romo Benny, perlu ada pemimpin yang berani menyuarakan ketidakadilan tersebut, yakni suara kenabian. Itulah yang disebut kuasa ilahi.

Halaman:

Editor: Bobby San

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X